Serang, (Banten88.com): Untuk mencegah aliran islam garis keras yang lebih dikenal dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah), Polda Banten gencar melakukan sosialisasi ke pondok pesantren yang ada di Banten. Salah satu agenda Kapolda yang di wakilkan melalui divisi Binmas mengajak santri di Pondok Pesantren Al-Ma’rus yang terletak di Jaha, Baros, Kabupaten Serang untuk mewaspadai organisasi terlarang tersebut.
Kunjungan rombongan Polda Banten yang diwakili oleh AKBP Samijo, Kompol Suhendro, Aiptu Titi diterima oleh pengasuh Pondok Pesantren Al-Ma’rus, KH Bay Didih beserta sejumlah tokoh dan puluhan santri. Kedatangan para petinggi Polda Banten tersebut tak lain untuk memberikan pemahaman mengenai organisasi terlarang, peredaran narkoba dan bagaimana peran polisi dalam penegakan hukum.
Kasbudit Binmas Polda Banten AKBP Samijo dihadapan para santri menyampaikan, peran Polri dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tentu saja harus sejalan dengan dasar serta palsafah kebhinekaan yang dianut. Artinya,dasar negara Indonesia didirikan bukan sebagai negara islam, melainkan negara kesatuan yang sudah dibingkai dalam Pancasila. Dengan kata lain negara menjamin hak warga negara untuk memeluk dan meyakini agamanya masing-masing dengan saling mengharagai.
“Karena itulah sikap toleran dan hidup rukun dan damai menjadi salah satu cirri hadirnya pemerintah dalam ber-negara,” kata Samijo di Aula Ponpes Al-Ma’rus, Senin, (17/4).
Dikatakan Samijo, tugas serta peran Polri sesuai dengan undang-undang kepolisian pada hakikatnya terdiri dari tiga item, yakni sebagai pelayan, mengayaomi dan melindungi masayarkat yang mendapat ancaman dari dalam. Untuk itu, menjadi anggota Polri itu mudah, namun untuk menjadi ulama itu sulit dan memerlukan waktu puluhan tahun.
“Saya sangat bangga berada di tengah-tengah santri, belum tentu saya bisa seperti ini. Karena untuk menjadi anggota polisi setahun saja sudah jadi, tapi menjadi kiyai memerlukan waktu puluhan tahun,” urainya.
Tugas Polri sambung Samijo, dalam upaya memberikan rasa aman tentunya dibarengi dengan upaya penegakan hukum sesuai ketentuan dan aturan. Karena belakangan selain faham radikal, peredaran narkoba sudah masuk ke pesantren-pesantren dan yang menjadi sasaran adalah santrinya. “Ini keprihatinan kita. Maka kita menghimbau hati-hati kepada orang yang baru dikenal, kalau menitipkan barang atau member apa jangan asal terima,” tukasnya.
Lebnih lanjut Samijo mengingatkan, terorisme yang tergabung dalam pergerakan ISIS adalah organisasi gerilyawan islam Irak dan Suriah, organisasi ini terbentuk dari akibat invasi Amerika. Karena itu dia meminta kepada santri dan ulama untuk mewaspadai pergerakan organisasi tersebut yang nyata-nyata menjadi musuh negara. “Dijaman keterbukaan seperti ini, tidak ada yang kebal huku, termasuk anggota polisi jika melakukan pelanggaran dapat diproses dan adukan ke Propam,” jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ma’rus, KH Bay Didih mengatakan, kedatangan anggota Polda Banten ke pesantrennya sangat bermanfaat bagi pengetahuan santri-santrinya. Karena para santri dapat berdialog langsung mengenai kejahatan narkoba maupun yang menyangkut organisasi yang mengatasnamakan jihad. “Sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Polda Banten yang sudah memberikan pemahanan begitu gamlang,” kata KH Bay Didih usai mendengar pemaparan Binmas.
Dikatakan kyai Bay, pesantrennya bukan merupakan pesantren modern seperti yang tumbuh di kota-kota. Namun, pesantren yang dia dirikan merupakan pondok pesantren salafi yang hanya belajar mengaji dan membedah kitab. “Insya Allah disini kita sangat ketat tidak ada santri yang aneh-aneh dan mereka ngaji sama seperti halnya mondok,” urainya.
Dalam agenda kunjungan tersebut, tokoh Desa Baros, H Irsyad Ibnu Mas’ud sangat mengapresiasi kedatangan rombongan Polda Banten ke pesantrennya. Dia berharap untuk mensinergikan peran ulama dan umaroh acara tersebut dapat ditindaklanjuti lebih lanjut. “Ini penting untuk memberikan pembekalan pengetahuan kepada santri, jadi bagaimana penerapan hukum baik menurut hukum islam maupun hukum positif yang kita anut dapat dipahami oleh para santri dan termasuk kita semua yang hadir,” katanya. (Azmi)