Indonesia English
Selasa, 28 Maret 2023 |
Pendidikan

Buku “Kearifan Baduy Melawan Korupsi” Bakal Ramaikan Bursa Buku Indoneisa

Senin, 26 September 2016 20:05:10 wib - Komentar
H Khatib Mansur.

SERANG,(Banten88.com):Buku berjudul “Kearifan Baduy Melawan Korupsi” karya H Khatib Mansur dan Hj Rihatul Mahmudah dari penerbit SengPho Utama siap meramaikan Indonesia International Book Fair (IIBF) di Assembly Hall Jakarta Convention Center tanggal 28 September hingga 2 Oktober 2016.

Salah seorang penulis dari buku tersebut yakni Khatib Mansur mengatakan, buku tersebut merapakan karya terbaru dan akan diluncurkan secara massal dalam rangkaian Indonesia International Book Fair 2016. “Kalau hari ini kita baru soft launching dulu," katanya saat jumpa pers di  Kota Serang, Senin (26/9).

Terkait acara Indonesia International Book Fair 2016, lanjut Khatib, buku -buku yang akan dilaunching di JCC tersebut, sebagian besar bertema pencegahan korupsi yang dibuat oleh para peserta workshop "Indonesia Membumi'' (Menggas dan Menerbitkan buku melawan korupsi) yang diikuti oleh 48 penerbit dari ribuan penerbit anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) atas kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

''Saya salah satu dari peserta 'workshop' Indonesia Membumi. Dari hasil workshop itu semua peserta diminta berkontribusi menulis buku bacaan bertema pencegahan korupsi," jelasnya.

Dijelaskan Khatib, alasan dirinya mengangkat judul mengenai 'Kearifan Baduy Melawan Korupsi' karena dari aspek budaya, eksistensi masyarakat adat baduy di Kabupaten Lebak adalah yang paling menarik ditampilkan ditengah ramainya kasus korupsi akhir-akhir ini.

“Masyarakat adat Baduy itu merupakan sebuah cermin integritas. Disamping ketaan mereka terhadap adat leluhurnya, juga karena masyarakat Baduy memiliki sikap mental yang kuat,” ujarnya.

''Mereka hidup ratusan tahun di hutan bisa bertahan bahkan menjadi kreatif dan santun. Sedangkan kita yang disebut modern justeru lebih mementingkan diri sendiri dan tidak menghargai alam, bahkan kasusu korupsi hampir merata. Secara moral, kita malu kepada waga Baduy," tambahnya.

Dituturkan Khatib, masyarakat adat Baduy hidup dalam ketaatan terhadap hukum adat yang berpusat di Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Artefak atau benda bersejarah yang masih bertahan sejak ratusan tahun hingga saat ini antara lain, masih kokohnya simbol lingkaran yang ada di setiap atap rumah adat baduy pedalaman, yang memiliki makna filosofi konsisiten terhadap hukum ada yang sudah digariskan Puun (pimpinan adat) secara turun-temurun.

''Dalam buku ini, kita juga memuat hasil 'pooling' pimpinan daerah se-Banten tentang pencegahan korupsi. Tujuannya selain memperkaya pendapat pimpinan daerah di Banten tentang pengertian korupsi dan upaya pencegahannya, juga untuk melawan lupa karena pimpinan daerah di Banten sudah menandatangani komitmen bersama dengan KPK untuk pencegahan korupsi," tuturnya.(AZM).

KOMENTAR DISQUS :

Top