Indonesia English
Sabtu, 22 Maret 2025 |
Peristiwa

DUEL MEET ANTARA T.KOES BAND & NEO JIBLES DI RRI SURAKARTA ACARA TRUBUTE TO KOES PLUS

Kamis, 11 November 2021 19:28:12 wib - Komentar

Oleh Seno Supono, Jurnalis Senior media cyber Banten88.com

DIERA 70 an disaat musik pop rock menjadi tuan rumah di negeri sendiri, kala itu band-band papan atas sering diadu diatas panggung dengan istilah Duel Meet.
Misal Giant Step dari Bandung diadu dengan AKA Group dari Surabaya. Yang melahirkan istilah duel meet adalah majalah musik yang sangat disegani kala itu yakni Aktuil terbitan Bandung.
Pada Rabu (10/10/2021) terjadi duel meet band imitator Koes Plus T.Koes Band dari Jakarta dan Neo Jibles dari Pacitan (Jatim).
Kedua band tsb jumpa satu panggung dalam acara " Tribute To Koes Plus " dipanggung RRI Surakarta pada pukul 20.00 hingga 22.00. Tepatnya mereka manggung di Auditorium Sarsito Mangunkoesoemo. Tampil sebagai bintang tamu adalah Nomo Koeswoyo, drumer Koes Bersaudara anno 1962 dan leader super group No Koes 1973 serta drumer Koes Bersaudara 1977. Acara diselenggarakan oleh RRI Surakarta.
TETAP DUEL MEET
Meski penampilan T.Koes dan Neo Jibles tidak ada embel-embel duel meet. Ini adalah ajang duel meet yang sesungguhnya.
T.Koes dengan jumlah penggemar ratusan ribu orang demikian pula Neo Jibles. Keduanya sangat eksis di kanal You Tube.
T.KOES TANPA KEJUTAN
Dalam pertarungan sengit malam itu, T.Koes mengusung lagu milik Koes Plus yang sudah sering diperdengarkan  yakni Diana (Album Koes Plus Volume 8), Kembali (Koes Bersaudara 1977), Tul Jaenak (Pop Jawa Koes Plus Volume 1), Why Do You Love Me (Album Koes Plus Volume 4), Kolam Susu (Album Koes Plus Volume 8) dan Kisah Sedih di Hari Minggu (Album Koes Plus Volume 2).
Lagu-lagu yang dimuntahkan T.Koes adalah lagu yang sudah sering terdengar.
Menurut sejarawan Koes Bersaudara dan Koes Plus dan juga penulis buku John Koeswoyo Pendiri Koes Bersaudara yang bermukim di Surabaya, Okie Raharjo, ia memberikan penilaian atas performance T.Koes dan Neo Jibles.
Malam itu, tutur Okie pada penulis, T.Koes tampil tanpa kejutan dengan menampilkan lagu-lagu yang sudah biasa terdengar. Karena orang sudah biasa mendengar lagu tsb, bisa jadi T.Koes tampil tanpa kejutan.
Masih tutur Okie, T.Koes terlalu percaya diri dan kurang membaca situasi penggemar Koes Plus di Jateng. T. Koes membaca penggemar di Jateng seperti di Jakarta, tegas Oki. Sehingga penampilan T. Koes tak banyak kejutan.

FANATIK & PURITAN
Ciri khas penggemar Koes Plus di Jateng, menurut penulis, adalah fans yang fanatik dan puritan.
Nuthuk (menggebug) drum telat, fans sudah geregetan. Memainkan lagu Pop Melayu Koes Plus mengganti kendang dengan drum, itu membuat fans fanatik turun selera menontonnya.
Ternyata Neo Jibles jeli membaca selera penonton Jawa Tengah.
Maka ia gebrak lagu Pop Jawa Koes Bersaudara 1977 berjudul Nuswantoro.
Ini lagu terbilang sulit karena aslinya mengawinkan musik bernada pentatonik dan diatonik dan lengkap dengan Suluk Dalang.
Disinilah Jibles membuat kejutan dan menyalib T.Koes dari sisi performance.
Kejutan Jibles masih ditambah dengan membawakan lagu berjudul Aku dan Dirimu duet spontan dan sepanggung dengan Nomo Koeswoyo
Lagu Aku dan Dirimu adalah lagu ciptaan Tonny Koeswoyo yang direkam Koes Plus pada 1986.
Masih tutur Oki, pagelaran ini juga merupakan ajang promo bagi Neo Jibles. Mereka ternyata bisa tampil dengan costum yang pantas dan rapi.
Selama ini dari pengamatan penulis, Neo Jibles lemah pada penampilan costum. Drumernya paling hobi pakai celana pendek jika dilihat kurang elok. Padahal mereka gelar show dipanggung dunia dalam You Tube. Kala itu Okie memberikan penilaian personel Jibles sebagai belum sadar camera.

WONG URIP ATAU KATRESNAN
Jika T.Koes jeli, guna imbangi Jibles sebenarnya tidak sulit.
Usung saja lagu Pop Jawa Koes Plus berjudul Katresnan atau Wong Urip itu akan menjadi nilai tambah bagi T.Koes.
Membawakan Tul Jaenak tentu bagi fans Koes Plus Jateng kurang kena karena lagu itu sudah sering dimuntahkan oleh band imitator.
T.Koes sebenarnya punya modal yang baik yakni lafal medhok Jawa tipis.
Nyanyi lagu Koes Plus harus medhok Jawa tipis seperti mas Yon.
Medhok Jawa jangan tebal2 itu bisa bikin telinga tidak nyaman. Tidak medok juga tidak enak.
Jibles sendiri untuk beberapa lagu medhok Jawanya masih terlalu tebal.

TAK ADA GADING TAK RETAK
Namun demikian meski duel meet antara T.Koes Band dan Neo Jibles itu berlangsung meriah, dalam peribahasa ada istilah Tak Ada Gading yang Tak Retak.
Menurut Okie Raharjo, waktu hanya 1,5 jam, itu tidak cukup. Karena masing-masing group harus menyanyi 7 lagu.

HUMAN RELATIONS KURANG BAIK.
Sedangkan menurut penulis, kekurangan lainnya adalah human relations yang kurang baik dari panitya penyelenggara yang bertugas mengawasi lalulintas whats app yang masuk.
Mereka cuek bebek alias " cicing wae" atau " meneng wae " dan diam membisu dan tak mau merespons ketika ada media memberi suport yang luar biasa pada acara " Tribute To Koes Plus ".
Dukungan media tsb disepelekan atau dianggap angin lewat dan tak ditanggapi sama sekali.
Apakah mereka kurang paham pentingnya human relations atau tak tak mendalami
tinta emas sejarah Koes Plus atau mereka tidak ikut mengalami betapa dahsyatnya pengaruh Koes Plus di blantika musik pop di awal 1970 dan akhir 1980 sebelum tiba solois Iis Sugianto dan musikali puisi Ebiet G. Ade.*

KOMENTAR DISQUS :

Top